Pola Pikir Sampah
Setiap tanggal 21 Februari diperingati sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), jujur saja saya kadang lupa tentang peringatan ini. Menurut hemat saya peduli sampah tidak harus di hari tertentu tapi setiap hari dan dimana saja. Di kantor saya di Gosowong-pun sudah ada himbauan dari Kementrian ESDM untuk tidak menggunakan minuman kemasan plastik dan itu sudah dibudidayakan. Bagaimana dengan masyarakat kita di Halmahera? Sudah tahu bahwa sampah plastik itu berbahaya untuk kelangsungan hidup anak cucu kita di muka bumi? Bagaikan tim Avenger yang menghadapi Thanos, kita tidak bisa sendirian tapi harus gotong-royong, bahu-membahu untuk berbuat sesuatu demi masa depan yang lebih baik.

Sejarah plastik sendiri ditemukan sekitar tahun 1841 oleh Alexander Parkes di Inggris dan setelah itu dikembangkan oleh para ilmuwan di seluruh dunia. Plastik yang memang berasal dari kandungan minyak bumi sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia. Di rumah, digunakan mulai dari sikat gigi, album foto, botol minuman, kantong plastik dsb. Jenis plastik terdiri dari beberapa jenis ada polyethylene terephthalate (PET) yang biasanya ditemukan di botol plastik minuman atau polyvynil chloride (PVC) yang ada di selang keran rumah.

Harga bahan baku plastik yang relatif murah dan permintaan yang tinggi dari masyarakat membuat industri plastik tetap akan memprodiksinya, kecuali sebagai konsumen kita mulai proaktif mengurangi sampah plastik. Secara luas bahaya sampah plastik akan berdampak pada kehidupan manusia, seperti yang dilansir oleh conserve-energy-future.com dampak dari tidak terkontrolnya sampah plastik di lingkungan kita adalah:
- Mengganggu rantai makanan. Plastik yang terurai di lautan dalam bentuk microplastic atau pecahan sangat kecil dari plastik, berukuran sekitar kurang dari 5mm. Pecahan ini akan dimakan oleh plankton yang mengira itu makanan kemudian dimakan oleh ikan yang pada akhirnya dikonsumsi oleh manusia padahal ikan tersebut telah terkontaminasi dengan plastik.
- Mengkontaminasi air tanah. Tumpukan sampah seperti di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau di penampungan yang lain sangat berbahaya juga karena saat hujan, kandungan dari plastik akan masuk ke tanah dan meracuni kualitas air tanah. Siapa kira – kira yang mengkonsumsi air tanah setiap hari?
- Polusi udara. Plastik yang dibakar akan melepaskan racunya ke udara dan berdampak pada manusia juga makhluk hidup yang lain.
- Mengganggu ekosistem. Tumbuhan bahkan hewan di laut tidak bisa hidup dengan nyaman bahkan mati karena dikelilingi oleh sampah plastik yang kita buang. Bayangkan saja Anda menginap satu malam di TPA.
- Membutuhkan anggaran besar untuk penanggulanganya. Memang benar plastik diproduksi karena biayanya yang murah tapi penanggulanganya tidak murah. Saya yakin anggaran APBD-pun tidak banyak dialokasikan untuk hal ini, seperti membersihkan sampah plastik di darat dan di laut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Belum lagi biaya kesehatan yang meroket akibat beragam penyakit yang diakibatkan oleh tidak terkontrolnya sampah plastik.
Selain itu di Maluku Utara atau khususnya Halmahera infrastruktur pengolahan sampah plastik belum terlalu memadai seperti tempat sampah yang belum merata di berbagai tempat, kurangnya edukasi tentang lingkungan di dunia pendidikan hingga tidak tersedia tempat daur ulang sampah plastik.
Solusinya? Kita memang harus peduli terhadap penggunaan sampah plastik yang berlebihan di masyarakat, mulailah memberikan penyadaran dari keluarga, tetangga, komunitas masing – masing terkait bahaya sampah plastik. Infografis dari CNN ini mungkin akan sangat bermanfaat untuk pengendalian sampah plastik. Sebagai organisasi, KAHERA juga akan terus mengkampanyekan hal ini agar masyarakat di Halmahera bisa lebih paham akan bahaya sampah plastik dan cara penanggulanganya. (GYH).







Very good Glend.